Read more: Agar Tulisan tidak bisa Dicopy - blogernas http://www.blogernas.co.cc/2010/03/agar-tulisan-anda-tidak-bisa-diculik.html#ixzz1BVHWlQlH CINTA KU BERAT DI MAHAR ~ CINTA DI UJUNG PENA

steeped word

Teruslah menulis,untai kata lebih bermakna

...

TERUSLAH MENULIS, RANGKAILAH KATA MENJADI BERMAKNA

Jumat, 17 September 2010

CINTA KU BERAT DI MAHAR



CINTA KU BERAT
DI MAHAR

Pernah dengar sepenggal kalimat ini, “ saya terima nikah dan kawinnya anu binti anu dengan MAS KAWIN seperangkat ALAT MANCING dibayar TUNAI”..Ups, seperangkat Alat Sholat maksudnya.

Terlalu sering kita mendengar kalimat itu, saat mengikuti rangkaian resepsi pernikahan. namun, dibalik mas kawin (mahar) yang terlihat simple. ternyata ada biaya tak terduga berlahan timbul dengan sendirinya. segala prosesi dan birokrasi pernikahan yang begitu rumit serta memakan biaya tidak sedikit. Kalkulasi seperti ini, mungkin menjadi satu nilai lebih bagi mereka yang memang notabenenya berpenghasilan di bawah rata-rata upah minimum regional. Perlu mikir empat kali, kalau mau melamar gadis orang. dan perlu menabung bertahun-tahun untuk mengumpulkan biaya pernikahan yang tidak sedikit.jumlahnya.

Bagi sebagian kalangan, mas kawin menjadi satu kehormatan keluarga mempelai wanita, lainhalnya dibeberapa kebudayaan daerah, yang mereka membeli calon mempelai lelaki. semakin besar mas kawin yang diberikan, semakin menunjukan identitas si calon mempelai. Asas pernikahan bukanlah berhaluan kepada prinsip ekonomi yang cendrung menganggap pernikahan sebagai ajang dijadikan satu lahan bisnis. semakin banyak anak perempuan yang dimiliki, semakin besar investasi bisnis di tahun yang akan datang. ironis bukan?!

Mahar menjadi patokan utama dalam menentukan seberapa mapan si calon mempelai lelaki. keluarga perempuan akan malu, andai mahar yang diberikan si pria hanya sebatas seperangkat alat sholat, itu pun kridit. Dengan asumsi, cinta butuh pengorbanan. tidak cukup hanya sayang dan rayuan-rayuan gombal.

Di sudut pandang yang berbeda,” wanita diwajarkan kalau matrealis” pendapat yang sedikit nyeleneh dan berefek samping, cinta sebatas materi. Ada uang Abang sayang. nggak ada uang abang ditendang. berdoalah bagi pria, agar terhidar dari wanita semacam ini, anda akan dibuat mati berdiri. Dalam sebuah hadits, diterangkan;
“Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)

Dari tukilan hadits ini, sekaligus menjelaskan kriteria wanita solehah digambarkan dalam ciri-ciri di atas. Mereka wanita-wanita yang memberi syarat mahar yang mudah, bukan lantaran mereka begitu murahannya tetapi semata-mata mereka menjaga diri dari maksiat dan zinah. Mahar dalam pandangan Islam adalah hak murni untuk wanita sebagai nafkah awal.

QS An Nisa 4 : 4
Artinya: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan[ ]. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Mahar merupakan satu perbuatan dalam rangka menjunjung tinggi derajat wanita namun tidak juga mempersulit calon mempelai pria. Hanya pergeseran nilai budaya dan sikologis masyarakat yang menganggap mahar adalah nilai derajat atau pamor bagi keluarga mempelai wanita dan harga diri calon mempelai pria.

Belajarlah pada Fatimah tudzahra, putri kesayangan Rasulullah SAW dengan Imam Ali. Dengan wajah yang tertunduk malu, setelah mendengar kabar bahwa Rasulullah ingin menikahi putrinya, Beliau memberanikan diri menghadap Rasulullah SAW. Rasulallah saw tersenyum melihat kelakuan misananya itu. Kemudian beliau mulai membuka pembicaraanya “Ya Ali, Aku yakin kau datang ke sini bermaksud sesuatu. Apakah ada yang bisa saya bantu?”. Mendengar pertanyaan Rasulallah saw, Imam Ali diam seribu bahasa dan masih menyimpan rasa sungkan.Namun Rasulullah memahami kedatangannya. Beliau tersenyum dan berkata,” “Aku tahu kau sengaja datang ke sini untuk melamar anakku Fatimah. Betulkan?”. Dengan rasa malu bercampur gembira sayyidina Ali menjawab “Betul ya Rasulallah”. Rasulallah SAW bertanya “Apakah kau memiliki sesuatu untuk menghalalkannya?”. “Demi Allah, aku tidak memiliki apa apa, ya Rasulallah”. Mendengar jawabanya, Rasulallah langsung berkata “Bukankah aku pernah memberikan kepadamu sebuah tameng disalah satu peperangan?”. “Betul Ya Rasulallah”, tameng itu sangat kuat dan harganya 400 dirham” ujar beliau meyakinkan.

Kemudian Rasulallah saw meminta izin sebentar kepada Imam Ali untuk memberitahukan kabar gembira kepada anaknya Fatimah. Di saat pertemuan dengan Fatimah ra, beliau berkata “Wahai anaku, sesungguhnya Ali telah datang memintamu sebagai istrinya. Bagaimana pendapatmu?”. Fatimah ra menangis mendengar uraian sang ayah lalu berkata “Seolah olah engkau akan titipkan diriku kepada seorang laki laki Quraisy yang miskin. Demi Allah sesungguhnya engkau telah memilih bagiku laki laki yang luas ilmunya, luhur akhlaknya dan tegas pendirianya. Cerahlan wajah Rasulallah mendengar ucapananya lalu berkata “Demi Yang telah mengutusku dengan kebenaran, aku tidak berbicara kepadamu tentang hal ini kecuali aku telah mendapat restu dari Yang di langit”. Fatimah berkata “Aku ridho dengan apa yang telah diridhoi Allah dan rasul Nya”.

Perhatikan kalimat terakhir yang ia ucapakan kepada ayahnya, dengan keikhlasan dan ketaqwaan kepada Allah serta agamanya, ia merasa beruntung memiliki calon suami yang soleha serta ‘alim. Dari pernikahan merekalah terlahir generasi Qur’ani yang tersebar di seluruh plosok negeri. mereka diumpamakan sebagai pohon dengan bibit dan hasil yang unggul.
Semoga Allah menghimpun yang terserak dari keduanya, memberkahi mereka berduadan kiranya Allah meningkatkan kualitas keturunan mereka,
menjandikannya pembuka pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah, serta pemberi rasa aman bagi umat.

Masih adakah wanita soleha seperti Fatimah?! Dan adakah pria ‘Alim seperti Imam Ali?!

Wallahu’alam
8 Syawal 1431 H
Semoga Allah Berikan istri dan keturunan yang “tahu diri”
EMHA ALBANA

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More